Daging merupakan
hasil pemotongan ternak yang telah melalui proses rigormortis, dalam proses
rigormortis tersebut otot akan mengalami kehilangan glikogen dan mengakibatkan
otot menjadi kaku, setelah itu enzim-enzim proteolitik pada daging akan bekerja
dalam memperbaiki keempukan.
Daging mempunyai
struktur daging yang terdiri dari jaringan otot, jaringan ikat, pembuluh
darah dan jaringan syaraf. Menurut SNI 01-3947-1995 Urat daging melekat pada
kerangka, kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang
berasal dari sapi /kerbau yang sehat waktu dipotong. Jenis mutu dibedakan
menjadi segar, dingin dan beku, syarat muut, pengambilan contoh dan pengemasan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh ternak yang akan
dipotong agar diperoleh kualitas daging yang baik, yaitu (1) ternak harus dalam
keadaan sehat, bebas dari berbagai jenis penyakit, (2) ternak harus cukup
istirahat, tidak diperlakukan kasar, serta tak mengalami stres agar kandungan
glikogen otot maksimal, (3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat
dan sesempurna mungkin, (4) cara pemotongan harus higienis.
penilaian
terhadap daging sapi didasarkan pada sifat daging, yang menurut selera konsumen
adalah keadaan perlemakannya (marbling), warna dan keempukan. Disamping
itu sifat daging sapi juga sangat ditentukan oleh mutu genetik
(bangsa sapi), jumlah dan kualitas pakan, serta manajemen.
ada beberapa faktor
yang mempengaruhi turunya kualitas daging yaitu; Banyak bukti
menunjukkan, perlakuan kepada hewan ternak termasuk hewan-hewan qurban dengan
“manusiawi” atau dengan lembut maka nantinya akan menghasilkan daging yang
lebih enak untuk disantap.
Salah satu yang punya
pengaruh pada kualitas daging hewan qurban adalah cara menyembelihnya. Pada
industri daging internasional, bahkan ada satu hal yang sangat ditakuti yaitu
metode dark cutter, yaitu
memotong hewan ternak yang ketakutan saat akan disembelih. Akibatnya ada
adrenaline yang terpompa ke dalam tubuhnya, metode ini sangat dihindari dan
ditakuti karena akan menghasilkan daging ternak yang keras dan rasa yang kurang
nikmat.
Selain itu, faktor
lain yang bisa mempengaruhi kualitas daging ternak adalah pemberian suntikan
atau vaksin atau obat-obatan dan antibiotik. Jika terlalu sering menyuntikkan
suntikan akan menghasilkan luka dan pada akhirnya hanya akan meninggalkan
lapisan daging yang keras dan tak enak dimakan.
Faktor yang
sebabkan beda kualitas rasa daging hewan qurban adalah tingkatan stress si
hewan. Jika ternak terlalu banyak stress akan berhenti membentuk lapisan lemak
pada daging mereka. Padahal lemak adalah salah satu alasan utama yang membuat
daging hewan qurban itu nikmat rasanya.
A,Faktor Sebelum
pemotongan
Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging
adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan
bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres.
- . Genetic/Keturunan
Nilai heritabilitas
keempukan daging sapi sekitar 45%, artinya
45% keempukan daging sapi saat dimasak ditentukan oleh faktor
genetik atau tetua ternak yang dipotong. Faktor genetik akan menentukan keempukan daging antargrade dan potongan daging sejenis.
45% keempukan daging sapi saat dimasak ditentukan oleh faktor
genetik atau tetua ternak yang dipotong. Faktor genetik akan menentukan keempukan daging antargrade dan potongan daging sejenis.
- . Spesies
Dari taksonomi ternak
yang paling diperhatikan yaitu spesiesnya, karena spesies menentukan apakah
ternak tersebut banyak dipelihara di Indonesia, mampu memproduksi daging atau
susu, serta mempunyai produksi daya adaptasi yang tinggi, dan
sebagainya. Spesies menentukan tingkat perdagingan suatu ternak.
- . Bangsa
Bangsa ternak termasuk
kedalam factor genetic atau factor keturunan. Bangsa suatu ternak
juga menentukan kualitas suatu daging ternak itu sendiri. Misalnya
ternak sapi-sapi introduksi, seperti: 1) sapi limousine, persentase daging
dalam karkas cukup tinggi, 2) sapi angus, mempunyai kemampuan dalam menurunkan
marbling (perlemakan dalam daging) ke anak-anaknya. 3) sapi Hereford,
perdagingannya tebal. Dan sebagainya.
Jadi dilihat dari bangsa ternak itu sendiri sangat penting dalam
mennentukan kualitas daging.
- . Tipe
ternak
Tipe ternak menentukan
keempukan daging itu sendiri, seperti tipe ternak potong dan tipe
ternak perah. Tipe ternak potong lebih empuk daripada tipe ternak
perah. Karena tipe ternak potong itu sendiri dipelihara untuk
menghasilkan daging, dan sebaliknya.
- . Umur
Semakin tua usia hewan,
susunan jaringan ikat semakin banyak, sehingga daging yang dihasilkan semakin
liat, jika ditekan dengan jari, daging yang sehat akan memiliki konsistensi
kenyal (padat) (Tambunan, 2010).
Umumnya daging yang
berasal dari sapi tua akan lebih liat dibandingkan dengan daging yang berasal
dari sapi muda. Hasil penelitianpun menunjukkan bahwa umur potong sapi
berkorelasi positif dengan keempukan daging yang dihasilkannya, artinya makin
tua ternak sudah dapat dipastikan dagingnya akan lebih liat. Daging yang
berasal dari sapi tua baunya lebih menyengat dibandingkan dengan daging yang
berasal dari sapi muda. Namun pada kenyataannya, kuat lemahnya bau daging pada
sapi tidak dipermasalahkan konsumen, lain halnya dengan daging domba dan daging
kambing, karena kedua ternak kecil ini bau dagingnya sangat unik dan lebih kuat
dibandingkan dengan sapi. Oleh karena itu konsumen daging domba atau kambing
lebih menyukai daging yang berasal dari ternak muda. Ternak sapi tua yang gemuk
akan menghasilkan daging yang berlemak oleh karena itu rasanya akan lebih gurih
dan banyak disukai konsumen. Selain itu daging yang berlemak kandungan airnya
lebih sedikit sehingga pada saat dimasak penyusutannya tidak terlalu besar.
Umur
ternak saat dipotong berpengaruh terhadap keempukan daging. Sapi yang dipotong
pada umur 9-30 bulan umumnya memiliki daging yang empuk. Sapi betina yang
digunakan sebagai induk, dagingnya menjadi kurang empuk saat umurnya tua.
Keempukan daging menurun sejalan dengan bertambahnya umur ternak.
- . Pakan
dan Bahan Aditif (Hormone, Antibiotic, dan Mineral)
Ternak
yang digemukkan dengan pakan biji-bijian cenderung mencapai bobot potong lebih
cepat dibanding ternak yang mendapat pakan dari padang penggembalaan.
Dengan
demikian, daging dari ternak yang diberi pakan biji-bijian
biasanya
lebih empuk karena ternak dipotong pada umur lebih muda.
- . Keadaan
Stress
· DFD
(Dark Firm Dry)
Daging Dark Firm Dry
(DFD) yaitu daging yang berwarna gelap, bertekstur keras, kering, memiliki
nilai pH tinggi dan daya mengikat air tinggi (Aberle et al., 2000). Daging ini
dihasilkan akibat ternak kelelahan setelah mengalami transportasi yang jauh,
sehingga terjadi perubahan dalam sifat fisik, kimia maupun sensori (Wulf et
al., 2002).Menurut Taylor (1984), pigmen yang memberikan warna pada daging
adalah struktur hem. Hem ini berkombinasi dengan protein membentuk hemoglobin
dan mioglobin. Munculnya warna merah cerah pada daging disebabkan oleh adanya
ikatan oksigen pada atom besi (Fe2+) pada struktur molekul mioglobin.Perbedaan
warna daging disebabkan oleh adanya H2O2 dan enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Senyawa H2O2 menyebabkan oksidasi oksimioglobin menjadi
metmioglobin yang berwarna coklat (Varnam & Sutherland,1995). Kandungan
H2O2 yang dihasilkan oleh bakteri yang memfermentasi secara alamiah kemungkinan
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah H2O2 yang dihasilkan olehL . plantarum
selama memfermentasi daging. Hal ini menyebabkan warna daging terfermentasi
alamiah lebih gelap dibandingkan dengan daging difermentasi L. plantarum.
· PSE
(Pale Soft Exudatife)
Daging PSE (Pale Soft
Exudative) disebabkan Stress dalam waktu yang lama sebelum penyembelihan shg pH
tetap tinggi stlh penyembelihan. Produksi asam laktat postmortem dari glikogen
yang sangat cepat dan tidak terkendali, sehingga mengakibatkan pH daging yang
sangat rendah sesaat setelah pemotongan, sementara temperatur otot masih tetap
tinggi. Daya ikat air oleh proteinnya sangat rendah. Penurunan pH yang cepat,
seperti pada saat pemecahan ATP yang cepat, akan mengakibatkan kontraksi
aktomiosin dan menurunkan DIA protein (Bendall, 1960). Demikian pula suhu yang
tinggi akan mempercepat penurunan pH otot pascamerta, dan akan meningkatkan
penurunan DIA sebagai akibat dari meningkatnya denaturasi protein otot dan
meningkatnya perpindahan air keruang ekstraselular.
B, Faktor Setelah Pemotongan
Faktor setelah pemotongan
yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode pemasakan,
tingkat keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging),
lemak intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot
daging, serta lokasi otot.
- . Metode
Pelayuan
Pelayuan adalah
penanganan daging segar setelah penyembelihan dengan cara menggantung atau
menyimpan selama waktu tertentu pada temperatur di atas titik beku daging
(-1,50C). Daging yang kita beli di pasar atau swalayan adalah daging yang telah
mengalami proses pelayuan. Selama pelayuan, terjadi aktivitas enzim
yang mampu menguraikan tenunan ikat daging. Daging menjadi lebih dapat mengikat
air, bersifat lebih empuk, dan memiliki flavor yang lebih kuat.
Hewan yang baru dipotong
dagingnya lentur dan lunak, kemudian terjadi perubahan-perubahan sehingga
jaringan otot menjadi keras, kaku, dan tidak mudah digerakkan. Keadaan inilah
yang disebut dengan rigor mortis.
Dalam kondisi rigor,
daging menjadi lebih alot dan keras dibandingkan dengan sewaktu baru dipotong.
Oleh karena itu, jika daging dalam keadaan rigor dimasak, akan alot dan tidak
nikmat. Untuk menghindarkan daging dari rigor, daging perlu dibiarkan untuk
menyelesaikan proses rigornya sendiri. Proses tersebut dinamakan proses aging
(pelayuan). Daging biasanya dilayukan dalam bentuk karkas atau
setengah karkas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi luas permukaan yang dapat
diinfeksi oleh mikroba.
Tujuan dari pelayuan
daging adalah: (1) agar proses pembentukan asam laktat dari glikogen otot
berlangsung sempurna sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat, (2)
pengeluaran darah menjadi lebih sempurna, (3) lapisan luar daging menjadi
kering, sehingga kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat ditahan, (4)
untuk memperoleh daging yang memiliki tingkat keempukan optimum serta cita rasa
khas.
No comments:
Post a Comment