Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa
ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya
iklim berpengaruh terhadap bentuk
tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson),
warna (Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan
kesehatan dan produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan
energi yang diperoleh ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas
hewan ternak ke lingkungannya. Radiasi sinar matahari
Terhadap
hewan ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu mutasi gen oleh
radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada proses
‘sunburn’. Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan iklim.
A. Pengaruh Langsung Iklim Terhadap Ternak
Penelitian pada pengaruh langsung iklim pada ternak telah
didapatkan dari 2 sumber: pengamatan yang langsung ternak di lapangan dan
pengamatan tehadap ternak yang dipelihara di laboratorium atau di kamar
psychormetric. Kerugaian pengamatan langsung di lapangan adalah sukar
menyelenggarakan percobaan lapanganyang cukup terkontrol, sedangkan kerugian pengamatan
dengan memakai kamar psychrometric yaitu tidak banyak ternak yang dapat
diselidiki pada waktu tertentu padahal sudah diketahui bahwa ada
perbedaan-perbedaan yang besar antar spesies (Findlay, 1954), di antara bangsa
satu tipe, bahkan di antara species (Worstell dan Brody, 1953) dan juga antara
individu dalam satu breed (Payne dan Hancock, 1953) dan juga antara individu
dalam satu breed (Payne dan Hancock, 1957) terhadap kemampuan mereka bertahan
pada pengaruh langsung iklim.
Semua ternak domestik termasuk hewan berdarah panas
(homeotherm) yang berarti ternak berusaha mempertahankan suhu tubuhnya pada
kisaran yang paling cocok untuk terjadinya aktivitas biologis yang optimum.
Kisaran yang normal pada jenis mamalia adalah 37-390 C, sedangkan pada burung
adalah 40-400C dengan beberapa perkecualian.
Untuk mempertahankan suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungan
yang sangat bervariasi, ternak domestik harus mempertahankan keseimbangan panas
antara panas yang diproduksi oleh tubuh atau panas yang didapat dari
lingkungannya dengan panas yang hilang ke lingkungannya.
- Perbaikan Iklim Mikro Kandang,
Sebagai
contoh upaya perbaikan iklim mikro kandang dan respons termoregulasi kambing
jantan peranakanEttawa melalui penggunaan berbagai bahan atap masalah utama
dari ternak yang dipelihara di daerah tropis basah, seperti di Indonesia,
adalah tingginya radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun, khususnya
bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak dalam kondisi uncomfort karena
beban panas yang berlebih. Respons dari masalah ini adalah ternak terpaksa
meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi beban panas yang
dideritanya.Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja
produksi maupun reproduksi dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas
tubuh. Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas
ternak. Salah satu carauntuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengendalikan
panas yang diterima dan peningkatan panas yang terbuang oleh ternak, yaitu
pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih efektif dalam
menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak untuk
berproduksi.
• Klasifikasi Lingkungan
Berdasarkan tumbuhan dan hewan yang hidup dominan di dalamnya, lingkungan hidup dapat digolongkan menjadi enam, yaitu kawasan tundra, hutan berdaun jarum, hutan bermusim, hutan tropik basah, padang rumput dan padang pasir. Secara umum, ada dua komponen lingkungan, yaitu abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah semua unsur lingkungan yang tidak bernyawa yang bersifat fisik, kimia, dan sosial, misalnya lahan, air, kandang dan nilai-nilai sosial budaya dan agama; sedangkan komponen biotik adalah semua unsur hayati yang ada dalam kehidupan, misalnya musim, tumbuh-tumbuhan, dan hewan lain.
- Perilaku merumput
Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi
oleh iklim, bangsa, kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang
rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput
akan berkurang .
- Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan
mempengaruhi pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka
semakin sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih
dari 40°maka ternak akan berhenti memamah biak.
- Air yang diminum (water intake )
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran
yang penting dalam metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak
melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan
meningkat apabila temperatur naik.
- Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu
tempat panas, sehingga ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu
tubuhnya tetap stabil.
- Hilangnya zat-zat makanan
Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah
maka akan semakin banyak zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka
berkeringat maka mereka akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya.
- Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur
yang sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga
mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas
dari ternak.
- Pengaruh iklim terhadap produksi susu
Seperti pada sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada
daerah subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit
menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan
kering.
- Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat
dilihat dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal
merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak.
1. Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi
,penyapihan.
2. Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan
lingkungan
B. Pengaruh Tidak Langsung Iklim Terhadap Ternak.
Pengaruh iklim yang tidak langsung pada ternak terutama pada kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia bagi ternak. Data dari hasil penelitian mengenai hal ini telah disimpulkan oleh payne (1969). Pengaruh tersebut tidak langsung dari iklim ini juga adalah penyakit dan parasit, juga pengaruhnya pada penyimpanan dan hasil ternak.
a) Persediaan makanan
Faktor-faktor yang penting yang membatasi pertumbuhan
tanaman sehingga mengurangi kuantitas makanan yang tersedia adalah: suhu
lingkungan, curah hujan, panjangnya hari dan idenditas radiasi cahaya.
Perbedaan yang paling nyata dari pengaruh iklim ada pada daerah basah, kering
dan agak kering yang menyebabkan 2 masalah besar pada makanan ternak, meskipun
terdapat banyak pengecualian-pengecualian sehingga perbedaan-perbedaan itu
menjadi kabur pada daerah-daerah yang beriklim sedang.
b) Parasit dan
penyakit
Panas dan kelembaban yang tinggi merupakan lingkungan yang baik bagi parasit internal dan eksternal, jamur dan vector penyakit. Parasit internal tidak begitu penting pada iklim agak kering tetapi parasit eksternal adalah penting meskipun parasit ini tidak begitu banyak di daerah iklim kering oleh karena jenis vegetasi di daerah ini mempengaruhi adanya insekta pembawa penyakit maka iklim mempunyai pengaruh tidak langsung yang besar terhadap produksi ternak. Pada daerah-daerah tropik afrika dimana curah hujan cukup untuk mendukung pertumbuhan semak-semak menyebabkan ternak. juga iklim yang mendukung perkembangan stomoxys spp.
c) Penyimpangan dan penanganan hasil ternak
Semua iklim tropik baik lembab maupun kering mendukung cepat rusaknya bahan hasil ternak yang di simpan sehingga menaikkan ongkos prosesing dan penanganannya. Hal ini mempengaruhi produksi ternak secara tidak langsung oleh karena meningkatnya biaya prosesing penanganan dan penyimpanan seperti penambahan kapasitas kamar pendinginan akan menaikkan produksi bahan tertentu secara tidak ekonomis padahal tempat tersebut sebenarnya cocok untuk perkembangan industri peternakan.
C. Pengaruh Iklim
Mikro Terhadap Fisiologi Ternak
Iklim mikro merupakan interaksi berbagai faktor iklim di
suatu lokasi yang spesifik atau keaadaan iklim di sekitar ternak dimana ternak
berada. Pada dasarnya faktor utama yang mempengaruhi tingkat produktivitas
ternak atau perfomance adalah lingkungan dan genetik.
Besarnya penambahan panas yang berasal dari radiasi matahari
di daerah tropis dapat mencapai empat kali lebih besar dari produksi panas
hasil metabolisme (Thwaites, 1985). Besarnya penambahan panas ini tergantung
pada ukuran tubuh ternak. Makin kecil ukuran tubuh seekor ternak, akan
mendapatkan penambahan panas yang lebih tinggi dari ternak yang lebih besar
ukuran tubuhnya, seperti domba vs sapi. Perolehan panas dari luar tubuh (heat
gain) akan menambah beban panas bagi ternak, bila suhu udara lebih tinggi dari
suhu nyaman.
Sebaliknya, akan terjadi kehilangan panas tubuh (heat loss)
apabila suhu udara lebih rendah dari suhu nyaman. Perolehan dan penambahan
panas tubuh ternak dapat terjadi secara sensible melalui mekanisme radiasi,
konduksi dan konveksi. Jalur utama pelepasan panas melalui mekanisme
evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran panas melalui permukaan
kulit (sweating) atau melalui pertukaran panas di sepanjang saluran pernapasan
(panting) (Purwanto, 1993) dan sebagian melalui feses dan urin (McDowell,1972).
Unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produksi panas dan pelepasan panas
pada ternak adalah suhu dan kelembaban udara, radiasi matahari dan kecepatan
angin.
D. Upaya pengelolaan
Iklim merupakan faktor penentu ciri khas dan pola hidup dari suatu ternak. Misalnya, ternak pada daerah tropik tidak sama dengan ternak yang berada di daerah subtropis. Namun, pada saat ini telah mampu diatasi dengan penyesuaian pegaturan suhu tubuh secara langsung seperti yang dilakukan oleh peternak di israel yang menggunakan Air Condition (AC) untuk beternak. Iklim sendiri merupakan bagian terpenting dari penentuan kerja status faali dari ternak.
Pengaruh langsung iklim terhadap ternak adalah pada
produktivitasnya. Penentuan status faali dari ternak sangat penting untuk
diketahui karena dengan mengetahui status faali pada ternak, maka peternak
dapat menentukan dan menemukan pengaruh lingkungan pada ternak. Karena pada
dasarnya dengan mengetahui temperatur lingkungan, kelembaban, temperatur kulit,
suhu tubuh, suhu rektal, respirasi dan denyut jantung, peternak akan mengetahui
cara dan pengaruh buruk faktor-faktor iklim terhadap ternak serta untuk
mengetahui pada termperatur dan kelembaban berapa ternak memilki produktivitas
yang baik dan efisien, maka perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut dan
intensif.
Dalam usaha meningkatkan produktivitas ternak maka salah
satu upaya lain selain iklim adalah perbaikan mutu makanan pakan ternak.
Kelembaban udara dari suatu lingkungan kehidupan ternak merupakan salah satu
unsur iklim. Dimana kelembaban lingkungan mempengaruhi kesehatan ternak.
Kelembaban yang terlalu tinggi akan mempertinggi kejadian penyakit saluran
pernapasan yang pada gilirannya memakai biaya perawatan kesehatan yang tinggi
pada usaha produksi ternak.
Kelembaban udara tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan
meningkatnya frekuensi respirasi. Karena faktor lingkungan juga berpengaruh
terhadap tingkah laku ternak. Bila suhu lingkungan berada diatas atau dibawah
comfort zone untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternak mengurangi atau
meningkatkan laju metabolisme. Produktivitas ternak dicerminkan oleh
penampilannya ( performance ), sedangkan penampilan ternak merupakan
manifestasi pengaruh genetik dan lingkungan ternak secara bersama. Penampilan
ternak dalam setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetik dan lingkungan
yang diterimanya. Ternak dengan sifat genetik baik tidak akan mengekspresikan
potensi genetiknya tanpa didukung oleh lingkungan yang menunjang. Bahkan telah
diketahui bahwa dalam membentuk penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari
pada sifat genetik ternak.
No comments:
Post a Comment