Saturday, 30 April 2016

FUNGSI DAN KEGUNAAN VITAMIN A,D,E PADA TUBUH TERNAK

         vitamin adalah Sekelompok senyawa organik ( Zat organoleptik) yang sangat dibutuhkan tubuh dan memiliki peranan penting dalam mengatur proses metabolisme tubuh. Secara umum Vitamin tidak dapat di produksi oleh tubuh. Tiap-tiap vitamin mempunyai fungsi dan tugas-tugas yang spesifik termasuk dalam pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan.

















Pakan yang baik untuk ternak sapi dan kambing adalah yang dapat memenuhi protein, karbohidrat, lemak,vitamin, dan mineral. Protein berfungsi untuk mengganti sel-sel yang telah rusak, membentuk sel-sel tubuh baru dan sumber energi. Karbohidrat berfungsi untuk sebagai sumber energi dan pembentukan lemak tubuh. Lemak berfungsi untuk pembawa Vitamin A-D-E dan juga sebagai sumber energi. Pada sapi yang di gemukkan secara intensif (kereman) dn ful intensif (dry lot Fattening) lapisan lemak dapat menyeliputi serabut otot sehingga tekstur daging otot menjadi lembut (kualitas terbaik). Mineral di perlukan untuk pembentukan jaringan tulang dan urat serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan.
Vitamin  A
Vitamin A adalah Vitamin larut dalam lemak pertama yang ditemukan secara luas. Vitamin A dikenal juga dengan Nama Retinol. 
   Sumber-sumber Vitamin A
Hewani : Hati, Kuning telur, susu, mentega dan minyak ikan.
Nabati  : Karoten--> sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau,  dan buah-buahan yang berwarna kuning seperti Wortel, pisang dan pepaya.  

Fungsi vitaminA pada ternak kambing dan sapi adalah untuk mencegah masalah kesehatan mata, meningkatkan sistem imun, juga berperan penting dalam pertumbuhan & perkembangan sel serta menjaga kesehatan kulit.
– Penyakit yang ditimbulkan pd hewan ternak akibat kekurangan vitamin A :
Gangguan atau kurangnya fungsi pada mata ternak sapi dan kambing, infeksi saluran pernapasan pada ternak, menurunnya daya tahan tubuh ternak, kulit dan bulu ternak yang tidak sehat, dan lain-lain.
Vitamin  D
Fungsi vitamin D pada ternak kambing dan sapi adalah untuk memperkuat tulang karena vitamin D membantu penyerapan kalsium oleh tubuh.

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D :
pertumbuhan gigi dan tulang yang  tidak maksimal pda ternak sehingga gigi dan tulang akan lebih mudah rusak .
   Kekurangan Vitamin D bisa menyebabkan pertumbuhan tubuh dan kaki yang tidak normal, seperti betis kaki akan membentuk huruf O dan X. selain itu kurangnya vitamin D menyebabkan gigi mudah mengalami kerusakan, dan hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang yang berakibat rapuhnya kekuatan tulang.
5. Vitamin E
Vitamin E pada ternak sapi dan kambing merupakan anti oksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting untuk kesehatan sel darah merah.
Sumber Vitamin E banyak terdapat pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. 
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E :
Gangguan pada system reproduksi ternak sapi dan kambing betina, gangguan pada saraf dan otot.
kekurangan vitamin E juga menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh seperti kemandulan dan keguguran

DEFENISI VITAMIN,KLASIFIKASI SERTA PERANAN VITAMIN PADA TUBUH TERNAK

           Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).















Istilah vitamin berasal dari nama “Vitamine” yang diberikan oleh Casimir Funk untuk faktor tambahan makanan. Vitamin adalah zat katalitik yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dalam metabolismenya dan harus tersedia dari luar. Kebutuhan vitamin pada ternak terutama digunakan untuk pertumbuhan, kesehatan, konversi ransum, reproduksi dan pemeliharaan.

Definisi Vitamin
Vitamin yang sekarang diakui adalah persenyawaan organik yang (a) komponen bahan makanan tetapi bukan karbohidrat, lemak, protein dan air (b) terdapat dalam bahan makanan dalam jumlah yang sangat sedikit (c) esensial untuk perkembangan jaringan normal dan untuk kesehatan, pertumbuhan dan hiduo pokok, (d) kalau tidak terdapat dalam ransum atau tidak tepat diabsorbsi atau dipergunakan, mengakibatkan penyakit defesiensi yang khas atau sindrom dan (e) tidak dapat disintesis olehn hewan dan maka dari itu harus tersedia dalam ransum.
Diantara vitamin-vitamin ada beberapa pengecualian terhadap satu atau lebih klasifikasi tersebut di atas. Misalnya vitamin D dapat disintesis pada permukaan kulit oleh radiasi sinar ultraviolet dan asam nikotinat dalam beberapa hal sintesis dari triptofan.

Klasifikasi Vitamin
Klasifikasi vitamin dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelarutannya dalam lemak dan dalam air. Vitamin-vitamin yang larut dalam vitamin A, D, E dan K, terdapat dalam bahan-bahan makanan bersama dengan lipida. Vitamin – vitamin yang larut dalam lemak dan diabsorbsi bersama-sama lemak yang terdapat dalam ransum memperhatikan mekanisme yang sama seperti mekanisme absorbsi lemak. Kondisi yang baik untuk absorbsi lemak, misalnya cukup aliran empedu dan formasi misel sangat membantu absorbsi vitamin – vitamin yang larut dalam lemak.
Vitamin-vitamin yang larut dalam air yang dibutuhkanm oleh ternak adalah B1, B2, B6, B12, asam nikotinat, Asam pantontenat, asam folat, biotin dan kolin. Vitamin-vitamin ini tidak dihubungkan dengan lipida-lipida dan peningkatan absorbsi lemak tidak mempengaruhi absorbsi vitamin-vitamin tersebut.

Peranan Vitamin
Peran dari masing-masing vitamin adalah sebagai berikut :
Vitamin A. Meliputi hampir di semua bagian tubuh yang berperan membantu proses metabolisme . Defisiensi vitamin A pada ternak akan mengakibatkan keratinisasi pada jaringan epithel, mengganggu sistem pernafasan, saluran pencernaan, reproduksi dan saluran urine serta gangguan penglihatan. Disamping itu akan mengakibatkan perkembangan tulang terhambat, kelahiran yang tidak normal pada ternak. Rabun senja merupakan penyakit yang klasik akibat kekurangan vitamin A. Dari hasil percobaan pada unggas, defisien vitamin A mengakibatkan nafsu makan berkurang, rendahnya berat badan, rabun senja dan suara sengau.
Vitamin A tidak terdapat pada hijauan (forages), tetapi vitamin A pada tanaman biasanya dalam bentuk prekursor yang berupa pigmen tanaman. Tidak semua pigmen tanaman menyediakan vitamin A yang aktif. Biasanya bentuk standar provitamin A adalah Beta-carotene . 1 mg Beta-carotine equivalen 400 IU vitamin A yang terdapat pada makanan. Bentuk lain dari vitamin A adalah xanthophil.
Vitamin A biasanya disimpan pada jaringan hati dan lemak selama beberapa waktu saat makanan yang dikonsumsi kelebihan vitamin A. Jika ransum yang diberikan kekurangan vitamin A, maka Vitamin A yang disimpan akan dimobilisasi dan digunakan sehingga kekurangan vitamin A pada tubuh dapat diatasi.
Bahan – bahan yang dapat digunakan sebagai sumber vitamin A antara lain :
Daun yang hijau, hay legume yang didehidrasi khususnya yang dibuat pellet. Selain itu terdapat pula vitamin A sintetis yang dapat disediakan ke dalam ransum dalam bentuk feed aditif atau di injeksi. Vitamin D berfungsi untuk membantu absorbsi dan metabolisme kalsium dan phosphor. Jika kekurangan vitamin D akan mengganggu pertumbuhan normal tulang, tulang menjadi lunak baik pergelangan tangan dan kaki, dan kekurangan secara regular akan mengakibatkan rakhitis. Pada ternak rakhitis terjadi pada anak yang baru lahir sebagai akibat defesien vitamin D pada saat kebuntingan.
Sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang baik, biasanya dalam bentuk radiasi Ultraviolet yang akan membentuk ergosterol, sterol tanaman dan 7-dehydrocholesterol, sterol hewan dan memproduksi antirakhitis yang aktif (Vitamin D2 dan D3).
Bahan-bahan pakan yang dapat digunakan sebagai sumber vitamin D adalah hay yang dijemur di bawah sinar matahari (sun-cured hay). Selain itu ternak dapat memanfaatkan langsung irradiasi 7-dehydrocholesterol pada kulitnya. De Luca (1974) menemukan adanya vitamin D3 yang aktif terjadi pada hati dan ginjal ternak.
Vitamin E berfungsi untuk memperbaiki fertilitas dan sebagai antioksidan. Ternak yang defesien vitamin E akan menyebabkan penyakit jaringan putih yang disebut Stiff lamb disease. Pengobatan dapat dilakukan dengan therapi vitamin E. Disamping itu kekurangan vitamin E akan mengganggu reproduksi.
Vitamin K berfungsi untuk membantu proses penggumpalan darah, biasanya dapat disintesis oleh rumen. Sehingga defesiensi vitamin K tidak nampak pada ternak. Vitamin B komplek tidak esensial bagi ternak ruminansia, karena secara normal ternak ruminansia mampu mensintesis vitamin B melalui mikroorganisme rumen. Hanya vitamin B12 yang mungkin terlihat jika ternak kekurangan zat tersebut. Sehingga ternak ruminansia membutuhkan cobalt untuk mensintesis vitamin B12 di dalam rumennya.
Beberapa faktor mempunyai pengaruh umum terhadap kebutuhan nutrisi semua vitamin, faktor lain dapat mempengaruhi kebutuhan untuk hanya satu atau dua vitamin. Faktor-faktor yang menimbulkan kenaikan dalam kebutuhan vitamin antara lain dipengaruhi oleh factor genetic, kandungan energi ransum, penambahan lemak ke dalam ransum, kandungan protein ransum, suhu dan sistem perkandangan. Sedangkan faktor – faktor yang menyebabkan naiknya kebutuhan vitamin dapat disebabkan oleh kerusakan vitamin dalam ransum dan bahan pakan, antagonis dan anti metabolit serta tersedianya vitamin dalam ransum.

     Vitamin  optimalkan pertumbuhan ternak anda. Jenis vitamin yang paling dibutuhkan oleh tubuh ternak yaitu Vitamin A-D-E, pertumbuhan ternak anda akan menjadi optimal, jika asupan vitamin A-D-E bagi ternak tidak maksimal maka akan menimbulkan banyak gangguan dan penyakit. Vitamin ternak yang baik adalah vitamin yang tersedia dalam pakan yang dikonsumsi oleh hewan ternak.
Ternak sapi yang di gemukkan secara intensif (kereman) dan ful intensif (dry lot Fattening) lapisan lemak dapat menyeliputi serabut otot sehingga tekstur daging otot menjadi lembut (kualitas terbaik). Zat Mineral di perlukan agar supaya pembentukan jaringan tulang dan urat serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Asupan vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan.

MAMFAAT DAN CARA SANITASI PADA KANDANG TERNAK

           Sanitasi adalah program selalu menjaga kebersihan untuk pencegahan masuk atau pindahnya bibit penyakit yang akan menyerang ternak dengan cara penyemprotan dan pengasapan. Sanitasi wajib dilakukan biasanya dilakukan sebelum hewan ternak dimasukkan ke dalam kandang yang baru bertujuan untuk mematikan bibit-bibit penyakit ada dalam kandang tersebut.mengapa sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya perlu dilakukan sebelum digunakan untuk pemeliharaan ternak unggas pedaging? Sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya diperlukan terutama untuk memenuhi standar manajemen yang telah ditentukan, untuk memenuhi peraturan perundangan yang berlaku dan standar produk perusahaan serta untuk mengurangi resiko penyakit pada ternak dan manusia akibat dari kontaminasi mikroorganisme. Resiko terjadinya penyakit pada ternak dan juga manusia dipengaruhi oleh interaksi antara 3 komponen, yaitu ternak, lingkungan dan mikroorganisme. Kontaminasi mikroorganisme dapat terjadi pada semua titik dalam suatu proses produksi. Oleh karena itu, sanitasi harus diterapkan pada semua proses produksi ternak termasuk pada peternakan unggas pedaging.











Sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya merupakan suatu usaha pencegahan terhadap penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Sanitasi kandang dan peralatan pada peternakan unggas pedaging merupakan salah satu tindakan dari beberapa cara yang perlu dilakukan sebagai pencegahan berjangkitnya wabah penyakit di peternakan tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, bersih secara kimiawi (tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan) dan bersih secara mikrobiologis. Penerapan dari prinsip-prinsip sanitasi tersebut untuk memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan baik pada manusia maupun ternak.
Tujuan sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya pada awal persiapan pemeliharaan adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dihuni ternak unggas pedaging, bebas kotoran dan bibit penyakit. Karakterisitik yang paling menonjol dari bibit penyakit adalah menyukai tempat-tempat yang kotor. Pada pemeliharaan ternak unggas pedaging, kandang dibersihkan secara menyeluruh setiap satu periode pemeliharaan setelah selesai digunakan. Sedangkan peralatan kandang seperti tempat pakan dan tempat minum biasa dibersihkan setiap hari. Baik pada saat membersihkan peralatan maupun kandang,biasa digunakan bahan sanitasi yang penggunaannya sesuai dosis aman pemakaian dan biasanya disesuaikan dengan jenis penyakit yang pernah berjangkit di wilayah lokasi kandang.Oleh karena itu, sanitasi kandang dan peralatan perlu dilakukan secara rutin supaya bibit penyakit tidak mempunyai kesempatan berkembang dan menyerang kekebalan tubuh ternak unggas pedaging. Hal ini penting mengingat hanya ternak yang sehat yang dapat memberikan produksi optimal, yang pada akhirnya memberikan keuntungan sebagai tujuan usaha peternakan unggas pedaging.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya, yaitu:
1.    Ruang/kandang dan peralatan yang akan disanitasi.
2.    Metode sanitasi yang akan digunakan.
3.    Bahan sanitasi atau zat kimia yang akan digunakan dan aplikasinya.
4.    Monitoring program sanitasiyang akan dilakukan.
5.    Harga bahan sanitasi (bahan kimia) yang akan digunakan.
6.    Keterampilam pekerja yang akan melakukan sanitasi.
7.    Sifat bahan atau produk dimana kegiatan tersebut akan dilakukan.
Bahan-bahan Sanitasi
Desinfestasi merupakan suatu proses pemusnahhamaan untuk membunuh parasit terutama parasit-parasit di luar tubuh ternak (ektoparasit). Bahan kimia yang digunakan untuk desinfestasi disebut desinfestan. Desinfestan yang dapat digunakan adalah : formalin, insektisida. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencampur desinfestan dengan air (perbandingan sesuai dengan label), disemprotkan pada kandang, tempat pakan dan tempat minum (yang masih tersisa terlebih dahulu dibuang), baru kemudian disemprot.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik yang dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan cara membunuh mikroorganisme patogen.Desinfeksi merupakan proses pemusnahhamaan untuk membebaskan segala bentuk jasad renik dengan cara membunuh kuman (bakterisida) untuk menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatis) dengan suatu bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi disebut desinfektan. Desinfektan merupakan bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Desinfektan yang dapat digunakan untuk desinfeksi antara lain : kreolin, lisol, deterjen, antiseptik. Antiseptik merupakan bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Caranya, kandang dan perlengkapannya yang telah dicuci/dibersihkan, kemudian disemprot dengan menggunakan campuran air dan desinfektan.
   
Faktor kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan kita di dalam suatu usaha peternakan . Oleh karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi salah satu prioritas utama di samping kualitas makanan ternak dan tata laksana yang memadai. Sanitasi kandang ternak  merupakan usaha dalam rangka membebaskan kandang dari bibit-bibit penyakit maupun parasit lainnya dengan mengunakan obat-obatan pengendali seperti disinfectan pada dosis yang dianjurkan. Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada kandang yang akan ditempati oleh ternak. Jika ternak mengalami sakit dikandang, maka harus dipilih jenis disinfectan pada dosis yang lebih tinggi agar penyakit yang sama tidak menyerang pada penyakit yang lain. Sanitasi dapat menjamin ternak lebih sehat, sebab lingkungan yang kotor dapat memancing bibit penyakit. Sanitasi terhadap kandang harus dilakukan secara menyeluruh, yakni terhadap lingkungan sekitar dan terhadap peralatan yang berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor dan tidak terurus merupakan media yang baik bagi berbagai jenis serangga penyebar penyakit. Kutu dan caplak penghisap darah dapat bersarang dicelah-celah kandang sehingga merupakan sasaran utama dalam melakukan sanitasi.  Usahakan kandang selalu di bersihkan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Semakin bersih kandang maka kenyamanan ternak juga akan semakin tinggi. Disisi lain, kalau kandang  bersih, maka kandang dan ternak yang dipelihara juga akan nyaman untuk dilihat, tidak kotor dan tidak kumuh.  minimal ternak kita
 tidak gampang sakit. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam sanitasi kandang ternak adalah sbb :

 KANDANG BEBAS DARI GENANGAN AIR Genangan air merupakan tempat yang bagus untuk berkembang biak nyamuk dan dapat membantu penyebaran penyakit. Serangan nyamuk dalam populasi yang banyak dapat menganggu ternak dalam beristirahat. Jika genangan air membasahi kotoran ternak yang jarang dibersihkan, maka gangguan ini akan semakin parah, seperti gangguan pernafasan yang disebabkan oleh gas amonia. Dan bau yang timbul dari kotoran seperti itu mengundang kedatangan lalat dan menyediakan tempat yang baik untuk tempat berkembang biak lalat. Gangguan lalat dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh yang lebih merugikan dibanding dengan serangan nyamuk. Sehingga usaha pencegahan, pemberantasan sarang nyamuk dan sarana yang dapat memungkinkan lalat berkembang biak dapat menjadi prioritas utama. Agar supaya kotoran ternak dan air kencingnya tidak mengumpul, maka kandang seharusnya dibersihkan minimal 2 kali sehari. untk menghindari genangan air diperlukan juga desain kandang khusus, sehingga peternak atau anak kandang dapat dengan mudah membersihkan kandang. 

SINAR MATAHARI Sinar matahari pagi mengandung ultraviolet yang berperan sebagai energi dan mencegah gangguan rakhitis, terutama pada ternak yang selalu dikandangkan secara terus menerus. Sinar ultraviolet secara alami akan membunuh kuman-kuman penyakit setiap saat. Jadi sinar matahari dapat berperan sebagai pengendali yang sangat efektif. Masuknya sinar matahari ke dalam kandang akan membuat kandang menjadi lebih kering, tidak lembab dan selalu berudara segar. Kalau tempat memungkinkan, usahakan di dalam pembuatan kandang menghadap ke timur,  sehingga pada waktu siang hari, kandang dapat memperoleh sinar matahari secara maksimal.       

 PENGATURAN VENTILASI Konstruksi kandang haruslah memungkinkan terjadinya pertukaran udara secara sempurna. Ventilasi yang buruk akan merugikan kesehatan ternak, karena gas-gas kotor dari faces maupun hasil pernafasan tidak dengan cepat terbuang keluar kandang.

DAMPAK PENGARUH DAN PEROBAHAN IKLIM TERHADAP TANAMAN(PERTANIAN)

           

                              
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut.










  Dunia pertanian selama ini tidak bisa dipisahkan dengan cuaca dan iklim. Namun, akibat efek pemanasan global, saat ini iklim terus mengalami perubahan sehingga mempengaruhi pola curah hujan. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi perubahan musim tanam, sehingga menyebabkan penurunan hasil panen (Anonim, 2007). Cabai termasuk tanaman yang mengalami kerusakan akibat perubahan iklim yang ekstrim. Akibatnya, terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan sehingga kenaikan harga tidak dapat dihindarkan. Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia (Herlina, 2010). Salah satu jenis cabai yang banyak digemari adalah cabai kecil biasa disebut cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan, terutama pada waktu berbunga karena bungabunganya akan mudah gugur (Sunarjono, 2010). Mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu dengan curah hujan yang masih tinggi seperti yang terjadi beberapa bulan ini memang menyebabkan penurunan produksi cabai akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011 mencapai 50% (Anonim, 2010)
     
  DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

I.  PENDAHULUAN

Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Mengingat iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian (Las, 2007).
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah katulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia (Tim Sintesis Kebijakan, 2007).
Perubahan iklim yang telah menimbulkan beberapa bencana yang  memiliki kemungkinan untuk menjadi lebih buruk di masa mendatang. Dengan menggunakan asumsi kenaikan suhu di Indonesia antara 0,40 - 30 C di  tahun 2030 dan 0,90 - 4C di tahun 2070, terbukti bahwa perubahan iklim akibat memanasnya bumi secara negatif akan menurunkan produksi pertanian dan tingkat kesejahteraan antara     2,5 - 18 persen per tahun (Rahayu, 2007).
Beberapa penemuan terakhir mulai memperjelas pengaruh iklim terhadap produksi pertanian. Pengaruh pada produksi pertanian dapat disebabkan paling tidak oleh pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman, organisme pengganggu tanaman, dan kondisi tanah. Iklim dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman pangan. Produktifitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan drastis cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata. Tanaman sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun lebih berpengaruh dibanding dengan perubahan iklim yang diproyeksikan (Munawar, 2010). Makalah ini akan membahas mengenai penyebab terjadinya perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman. 

II.  PENYABAB TERJADINYA PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi (Las, 2007).  IPCC  (2007) dalam Noordwijk (2008). telah memberikan  banyak bukti kuat secara ilmiah bahwa iklim global telah berubah pada tingkatan yang cukup besar sepanjang sejarah geologi. Perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan  konsentrasi  gas  rumah  kaca  (GRK)  di  atmosfer, terutama tersusun dari gas-gas CO2, CH4 dan N2O.
Gas rumah kaca utama yang terus meningkat adalah karbon dioksida (CO2). Sebagian dari karbon dioksida ini dapat diserap kembali, antara lain melalui proses fotosintesis yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan tanaman atau pohon. Namun, kini kebanyakan negara memproduksi karbon dioksida secara jauh lebih cepat ketimbang kecepatan penyerapannya oleh tanaman atau pohon, sehingga konsentrasinya di atmosfer meningkat secara bertahap. Ada beberapa gas rumah kaca yang lain. Salah satunya adalah metan (CH4), yang dapat dihasilkan dari lahan rawa dan sawah serta dari tumpukan sampah dan kotoran ternak. Gas-gas rumah kaca lainnya, meski jumlahnya lebih sedikit, antara lain adalah nitrogen oksida (N2O) dan sulfur heksaflorida (SF6) (United Nations Development Programme Indonesia, 2007).
Beberapa jenis gas di atmosfir, seperti CO2, CH4, dan N2O mempengaruhi iklim permukaan bumi karena kemampuanya dalam membantu proses transmisi radiasi dari matahari ke permukaan bumi, dan juga menghambat keluarnya sebagian radiasi dari permukaan bumi. Kalau konsentrasi dari gas-gas ini di atmosfir meningkat, radiasi yang keluar dari permukaan bumi akan terhambat, sehingga suhu permukaan bumi bertambah besar. Prediksi peningkatan suhu bumi bukanlah suatu hal yang mudah iklim di suatu daerah merupakan hasil interaksi dari proses-proses fisika dan mekanik yang saling berhubungan. Peningkatan suhu, akan menyebabkan peningkatan evapotranspirasi yang berdampak pada meningkatnya konsentrasi. Apabila konsentrasi dari gas-gas ini di atmosfir meningkat, radiasi yang berupa uap air, H2O(gas).  Uap air juga merupakan gas penghambat keluarnya radiasi dari permukaan bumi, sementara di lain pihak keberadaan uap air tersebut juga menimbulkan umpan balik negatif karena peningkatan pertumbuhan awan, menyebabkan terhambatnya transmisi radiasi matahari ke permukaan bumi(Syarifuddin, 2011).
Aktifitas-aktifitas yang menghasilkan GRK adalah perindustrian, penyediaan energi listrik, dan transportasi. Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/ mengeluarkan GRK seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun mengeluarkan GRK. Komposisi dan konsentrasi gas rumah kaca yang berada di lapisan atmosfer akan sangat bergantung dari gas-gas emisi yang dihasilkan berbagai kegiatan manusia dalam merekayasa sistem tatanan ekologi di planet ini (Hamid, 2009).
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) mengklasifikasi enam jenis gas yang dapat menyerap radiasi matahari di lapisan atmosfer yaitu Karbondioksida (CO2), Dinitroksida (NO2), Metana (CH4), Sulfurheksaflorida (SF6), Perfluorokarbon (PFCs) dan hidrofluorokarbon (HFCs). Gas karbondioksida (CO2), dinitrooksida (NO2) dan metana (CH4) terutama dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi dan industri. Gas metana (CH4) juga dihasilkan dari kegiatan pertanian dan peternakan. Sementara untuk gas sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs) dan hidroflorokarbon (HFCs) dihasilkan dari industri pendingin dan penggunaan aerosol (partikel kecil/debu) (Hamid, 2009).

III.    DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (1) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (2) berubahnya pola curah hujan, (3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. (Direktorat Pengelolaan Air, 2009).

1. Dampak Peningkatan Konsentrasi CO2 di Atmosfer.

Gas CO2 merupakan sumber karbon utama bagi pertumbuhan tanaman. Konsentrasi CO2 di atmosfir saat ini belum optimal, sehingga penambahan CO2 kepada tanaman di dalam industri pertanian di dalam rumah kaca merupakan kegiatan normal untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tomat, selada, timun dan bunga potong.
Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah meningkatnya laju assimilasi (laju pengikatan CO2 untuk membentuk karbohidrat,fotosintesis) di dalam daun. Efisiensi penggunaan faktor-faktor pertumbuhan lainnya (seperti radiasi matahari, air dan nutrisi) juga akan ikut meningkat.
Selain pengaruh positif terhadap proses fotosintesis, kenaikan CO2 juga akan mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan air oleh tanaman. Stomata mempunyai fungsi sebagai pintu gerbang masuknya CO2 dan keluarnya uap air ke/dari daun. Besar kecilnya pembukaan stomata merupakan regulasi terpenting yang dilakukan oleh tanaman, dimana tanaman berusaha memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan H2O sesedikit mungkin, untuk mencapai effisiensi pertumbuhan yang tinggi. Jika CO2 di atmosfir meningkat, tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum untuk mencapai konsentrasi CO2 optimum di dalam daun, sehingga laju pengeluaran H2O dapat dikurangi. Dengan kondisi tersebut maka laju pembentukan biomassa akan meningkat (Syarifuddin, 2011).
Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebagaimana dijelaskan diatas. Akan tetapi dampak pengikutan berupa peningkatan suhu dan perubahan siklus hidrologi menyebabkan pengaruh positif dari kenaikan CO2 menjadi berkurang atau terhambat sama sekali (Munawar, 2010)
.  Kebutuhan utama tanaman adalah air, baik secara kualitas maupun kuantitas. Air kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur tengah, afrika utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh terhadap produksi tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi. Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti oleh para petani diberbagai negara produsen pangan. Kebutuhan akan air menjadi semakin penting dan kritis, di USA, 80–85 % konsumsi air bersih adalah untuk pertanian. Sepertiga persediaan tanaman pangan sekarang tumbuh padi 18% lahan beririgasi.
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.
Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan air.
Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman: Kemampuan Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di Bumi
.
Banyak tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi, ubikayu, ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian dibumi ini. Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam lima puluh tahun ini. Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang 450 LU dan 400 LS. Gandum musim dingin yang lebih produktif dari gandum musim semi areal tanamnya telah meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita miliki perluasan areal tanam akan semakin mungkin dan cepat terealisasi.


2.  Naiknya Suhu Udara yang Juga Berdampak Terhadap Unsur Iklim Lain.

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi yang diterima di permukaan bumi sementara tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Umumnya laju metabolisme makhluk hidup akan bertambah dengan meningkatnya suhu hingga titik optimum tertentu. Beberapa proses metabolisme tersebut antara lain bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi)
Pengaruh peningkatan suhu dapat mengurangi atau bahkan mengurangi dampak positif yang diberikan dari meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfir. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah (kadar air tanah) akibat evaporasi. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya terbatas.
Setiap tanaman memiliki suhu dasar yang merupakan suhu minimum bagi tanaman untuk bermetabolisme. Besaran suhu dasar ini akan mempengaruhi besarnya Thermal unit yang diperlukan oleh tanaman untuk melewati setiap fase perkembangannya. Hubungan antara thermal unit dengan suhu lingkungan adalah berbanding lurus sementara berbanding terbalik dengan umur tanaman. Artinya semakin tinggi suhu, maka umur tanaman akan semakin pendek yang akhirnya berdampak pada waktu penumpukan fotosintat dan pembentukan biomassa yang lebih rendah (Syarifuddin, 2011).
Dampak peningkatan suhu terhadap tanaman pangan  menurut Las (2007) adalah terjadinya peningkatan transpirasi yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi air,  percepatan pematangan buah/biji yang menurunkan  mutu hasil, dan perkembangan beberapa organisme pengganggu tanaman.  Bahkan  dirjen  IRRI  (International  Rice Researh Institute) menyatakan bahwa dengan peningkatan suhu udara rata-rata 1°C dapat menurunkan produktivitas  beras dunia sekitar  5-10 %.
Peningkatan temperatur dapat menyebabkan penurunan produksi pada berbagai jenis tanaman pangan, Menurut Tang et al., (2006) dan Weerakoon et al., (2008), Pada tanaman padi, fase pembentukan malai sangat sensitif terhadap temperatur tinggi. Selama tahap ini, stress akibat panas sangat memungkinkan untuk terjadinya sterilitas floret, menurunnya kesuburan dan kehilangan hasil. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya aktifitas serta perkecambahan polen, terbatasnya pertumbuhan tabung polen, rendahnya daya dehiscence polen dan penyerbukan yang tidak sempurna.   
Di samping itu temperatur juga secara langsung berperan terhadap perkembangan biji seperti pengisian biji dan laju produksi bahan kering pada biji (Kobata dan Uemuki, 2004) Temperatur tinggi dapat menghambat perkembangan biji pada padi (Zakaria  et al., 2002) gandum (Hawker dan Jenner, 1993).
Peningkatan temperatur selama kemasakan juga dapat menyebabkan penurunan kualitas biji terutama yang diakibatkan oleh terhambatnya akumulasi cadangan makanan pada biji (Zakaria, 2005). Munculnya bagian “putih buram” yang biasanya di dapatkan pada bagian gabah yang kurang sempurna pada musim panas diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan sistem transfer dan transportasi cadangan makanan selama pembentukan biji. Bagian putih buram ini adalah bagian dari kerusakan yang disebabkan oleh temperatur tinggi selama kemasakan.

3. Berubahnya Pola Curah Hujan.

Perubahan iklim juga  menyebabkan  terjadinya perubahan  jumlah hujan  dan  pola  hujan  yang  mengakibatkan  pergeseran  awal  musim  dan  periode  masa tanam. Penurunan  curah  hujan telah menurunkan potensi satu periode masa tanam  padi (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2007). Dampak  perubahan  pola  hujan  diantaranya mempengaruhi waktu dan musim tanam, pola tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman dan produktivitas, luas areal tanam dan areal panen, serta perubahan dan kerusakan keanekaragaman hayati. 

4. Naiknya Permukaan Air Laut.

Dampak  naiknya muka  air  laut  di  sektor  pertanian  terutama  adalah  penciutan  lahan  pertanian  di  pesisir pantai,  kerusakan  infrastruktur  pertanian,  dan  peningkatan  salinitas  yang  merusak tanaman  (Las, 2007).
Selain akan menciutkan luas lahan pertanian akibat terendam air laut, peningkatan permukaan air laut juga akan meningkatkan salinitas (kegaraman) tanah sekitar pantai. Salinitas pada tanah bersifat racun bagi tanaman sehingga mengganggu fisiologis dan fisik pada tanaman, kecuali tumbuhan laut dan pantai atau varietas adaptif. Salinitas pada padi sangat erat kaitannya dengan keracunan logam berat, terutama Fe dan Al. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai garis dan hamparan pantai yang sangat panjang, sehingga penciutan lahan pertanian akibat peningkatan permukaan air laut menjadi sangat luas (Direktorat Pengelolaan Air, 2009).
Pengaruh garam terlarut terhadap tanaman adalah melalui osmotik karena konsentrasi garam yang tinggi menyulitkan tanaman menyerab air. Akar tanaman memiliki membran semi permeabel yang melalukan air tapi tidak dapat melewatkan hampir semua garam terlarut. Jadi air secara osmotik semakin sulit diperoleh tanaman dengan semakin meningkatnya kadar garam larutan tanah. Tanaman yang tumbuh pada media salin pada tingkat tertentu dapat meningkatkan kosentrasi osmotik internalnya melalui produksi asam-asam organik atau peningkatan serapan garam. Proses ini disebut sebagai penyesuaian osmotik (osmotic adjusment). Pengaruh salinitas terhadap tanaman nampaknya berupa perubahan energi dari proses pertumbuhan menjadi untuk mempertahankan perbedaan osmotik. Salah satu proses pertama adalah deversi energi pertumbuhan untuk perpanjangan sel. Jadi, untuk dapat mempertahankan perbedaan osmotik, sel jaringan daun membelah tetapi tidak menyebabkan pemanjangan. Gejala terjadinya pertambahan jumlah sel tapi tidak diikuti dengan perpanjangan sel dikarenakan adanya stres osmotik ini adalah terjadinya warna daun yang menjadi hijau gelap (Anwar dan Sudadi, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S., Sudadi, U. 2007. Kimia Tanah. Departemen Ilmu dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bey, A., H. Pawitan, I. Las, B. Tjasyono, and F. Winarso. 1992. Evaluation of Indonesian  climate  and anticipation of  dry  season.  Prosiding  Seminar Nasional  Antisipasi  Iklim  1992  dan Dampaknya  terhadap  Pertanian Tanaman  Pangan.  PERHIMPI- Badan Litbang Pertanian.

Boer, R. 2002. Analisis Resiko Iklim Untuk Produksi Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Bogor.

Direktorat Pengelolaan Air. 2009. Pedoman Umum Sekolah Lapang Iklim. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian.http://pla.deptan.go.id/pdf/11_PEDUM_SL_IKLIM.pdf. [Diakses 15 Januari 2012].

Hamid, H. 2009. Recovery Konservasi dan Rehabilitasi Tumbuhan Sebagai Strategi Mitigasi Global Warming. http://zaifbio.wordpress.com/2009/07/07/recovery-konservasi-dan-rehabilitasi-tumbuhan-sebagai-strategi-mitigasi-global-warming/. [Diakses 16 Januari 2012]. 

Hawker, J.S., and Jenner, D.F. 1993. High temperature affects the activity of enzymes in committed pathways of starch synthesis in developing wheat endosperm. Aust. J. Plant  Physiol. 20:197-209.

Jasis dan Karama, A. S.  1998.  Kebijakan Departemen Pertanian Dalam Mengantisipasi Penyimpangan Iklim.  Prosiding Stategi Antisipatif Menghadapi Gejala Alam La Nina dan El-Nino.  Kerjasama PERHIMPI dengan Jurusan GEOMET-IPB Puslittanak dan ICSEA.

Kobata, T. and Uemuki N. 2004. High tempetures during the grain-filling period do not  reduce the potential grain dry matter increase of rice. Agron. J. 96:406-414.

Las, I. 2007. Pembingkaian Diskusi Panel dan Penelitian Konsorsium Perubahan Iklim. Presentasi Round Table Discussion. Tim  Pokja  Anomali  Iklim. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Las, I. 2007. Strategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim (bagian 1). Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. http://www.litbang.deptan. go.id/artikel/one/186/pdf/Strategi%20dan%20Inovasi%20Antisipasi%20Perubahan%20Iklim%20(bagian%201).pdf. [Diakses 15 Januari 2012]. 
Munawar, M. 2010. Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman. http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm[Diakses 16 Januari 2012].

Noordwijk, M. V. 2008. Agroforestri Sebagai Solusi Mitigasi dan Adaptasi Pemanasan Global: Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan Dan Fleksibel Terhadap Berbagai Perubahan. World Agrofo restry Centre, ICRAF-Southeast Asia. Bogor.

SEJARAH PETERNAKAN

     








 
Usaha peternakan di Indonesia telah di kenal sejak dulu kala. Namun pengetahuan tentang kapan dimulainya proses domestikasi dan pembudidayaan ternak dari hewan liar, masih langka.
      Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi (penjinakan hewan buas atau hewan liar dan sebagainya agar dapat dimanfaatkan kegunaannya oleh manusia) sapi, anjing, kambing, dan domba. Pada awalnya proses domestikasi ,hewan berlangsung secara tidak sengaja dimana ada hewan liar yang mendekat kepada manusia, kemudian tanpa sadar manusia memberi makan pada hewan liar tersebut yang akhirnya menjadi jinak. Hal yang sama juga terjadi pada tumbuhan, berupa sisa-sisa ataupun butir buah yang tumbuh didekat kediaman manusia.
Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil hasil dagingnya, mulai dimanfaatkan juga hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah.  Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain.
  Dengan kedatangan bangsa-bangsa  luar seperti cina, india, arab, eropah dan lain-lain, maka ternak kuda dan sapi yang di bawa serta, bercampur darah dengan ternak asli. Terjadilah kawin silang yang menghasilkan ternak keturunan atau peranakan diberbagai daerah di Indonesia. Disamping itu, dalam jumlah yang banyak masih terdapat ternak asli. Dengan demikian terjadilah tiga kelompok besar bangsa ternak yaitu kelompok pertama adalah bangsa ternak yang masih tergolong asli, ialah ternak yang berdarah murni dan belum bercampur darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok kedua adalah kelompok “peranakan”, yaitu bangsa ternak yang telah bercampur darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok ketiga adalah bangsa ternak luar yang masih diperkembangbiakkan di Indonesia, baik murni dari satu bangsa atau yang sudah bercampur darah antara sesame bangsa ternak “luar”tersebut. Bangsa ternak demikian dikenal dalam dunia peternakan sebagai ternak “ras” atau ternak “negeri”.

Hewan didomestikasikan ketika perkembangbiakan dan kehidupan mereka dikendalikan oleh manusia. Sepanjang waktu berlalu, perilaku hewan, siklus hidup serta fisiologinya telah berubah secara signifikan. Saat ini begitu banyak hewan ternak yang tidak mampu hidup di alam liar. Anjing didomestikasikan di Asia Timur 15000 tahun yang lalu.  Kambing dan domba didomestikan di Asia 8000 tahun yang lalu. Babi didomestikasikan 7000 tahu yang lalu di Timur Tengah dan China.

Pembagian peternakan
Secara umum, peternakan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Ternak besar (kerbau, sapi, kuda), Ternak kecil (kambing domba, babi, kelinci), dan ternak unggas (ayam, itik, burung puyuh, burung dara).

Friday, 29 April 2016

SIFAT-SIFAT PRODUKSI TERPOKER PADA TERNAK SAPI

            Sifat -sifat produksi yang terpenting pada ternak  adalah;
          a.Bobot Badan,                                  c.Ukuran - Ukuran Badan
          b.Pertambahan Bobot Badan(PBB)         d.Persentase Karkas.














•.Bobot Badan.

     Bobot badan adalah;berat tertimbang dari seekor ternak yang diukur pada umur tertentu dengan satuan berat.

Pengukuran berat badan dilakukan   yaitu dengan ;
    •.Cara penimbangan
    •.Pendugaan bobot badan dengan pengukuran  permukaan badan pada bagian-bagian tertentu dengan menggunakan rumus tertentu yaitu;
         
      Bobot Lahir(BL)adalah;berat pedet yang ditimbang saat di lahirkan sampai kurun waktu  24 jam  sesudah lahir.

      Bobot Sapih(BS)adalah;berat badan saat pedet dipisahkan dari induknya,  yang dinstandar disasi pada umur  205 hari'


RUMUS;
                BB-BL
ВЅ ₂₀₅=(--------x   205 + BL) (FKUI)
                umur

Dimana;ВЅ ₂₀₅ =Berat sapih terkoreksi pada umur 205 hari
              BB      =Berat pada saat di timbang pada waktu penyapihan
              BL      =Berat lahir
          Umur      = Umur pada saat penyapihan
         FKUI       =  Faktor Koreksi Umur Induk

Umur induk sangat berpengaruh terhadap bobot sapih anaknya,
maka perlu faktor penyesuaian terhadap umur induk  berupa  faktor koreksi umur induk(FKUI).


      Bobot Umur Satu Tahun(Yearling Weight)adalah;
         berat pedet saat umur 1 tahun( 365 hari)

Yearling Weight  angka pewarisan tinggi,yaitu;
                       sebesar 0,45-0,55 yang sangat baik untuk kriteria seleksi.

RUMUS;
                      BB - BS
      ВВ₃₆₅    =------------------X  160 + ВЅ₂₀₅
                      tenggang waktu

Dimana; ВВ₃₆₅        =Berat badan yang disesuaikan pada umur 365 hari
               BB             =Berat sapih pada saat di timbang
                BS             =Berat sapi sesungguh nya(tanpa kereksi)
             Tenggang waktu=   tenggang waktu antara saat penyapihan  dengan penimbangan sekarang.

Berat  akhir(final weight) dari kriteria penimbangan terakhir dari pedet sapihan dalam memutuskan  pedet mana yang terpilih sebagai calon pengganti yaitu dengan cara;

Rumus;
                         BB-BS
         ВВ₅₅₀=-------------X 345 + ВЅ₂₀₅
                    tenggang waktu